annyonghaseyo

annyonghaseyo,

welcome to 'My Korea Corner' blog, a special place where i share my interest, my thoughts, my experiences, my pictures and everything about Korea. enjoy them ... Gamsahamnida. Thank
You. Terima Kasih.

Sunday, October 11, 2015

Gukak, Ide Kreatif Korea Mengemas Musik Tradisional dan Modern




Yes ! Saya bersorak girang dalam hati ketika nama saya muncul di sepuluh nama yang mendapatkan tiket gratis pertunjukkan konser musik Gukak dari Pusat Kebudayaan Korea (Korea Cultural Center Indonesia-KCCI).

So, Sabtu (10/10/2015) malam, setengah jam sebelum pertunjukkan mulai, saya sudah duduk manis di deretan bangku penonton. Gedung Pertunjukan Pusat Perfilman Usmar Ismail tidak terlalu luas. Saya memilih tempat duduk agak di atas, sehingga pandangan saya bisa lepas dan tepat ke tengah panggung. Malam itu, sebagian besar penontonnya, tentu saja komunitas Korea yang ada di Jakarta.

“Gukak Concert, Music of Korea” begitu yang tertulis di tiket undangan. Saya tertarik dan ingin menyaksikan konser ini, karena dalam leafletnya saya melihat daftar komposisi yang musik yang akan dimainkan. Sampai disitu, saya hanya tahu bahwa komposisi-komposisi musik itu, akan dimainkan dengan menggunakan instrument musik tradisional korea yaitu Haegeum (alat musik gesek seperti biola), Daegeum (alat musik tiup semacam seruling), dan Gayageum ( alat musik petik semacam kecapi kalau di Indonesia ), dan saya belum paham apa Gukak sebenarnya.

Malam itu, konser dibuka oleh mini orkestra KMJ Chamber Orkestra yang membawakan potongan komposisi-komposisi hits dari composer Tchaikovsky dan komposisi drama musikal karya Andrew Llyod Webber Panthom of The Opera.



Setelah itu, barulah tampil kelompok musik Gukak Nary and Nary Band, yang terdiri dari pemain tiga alat musik tradisional Korea yang sebutkan di atas, plus pemain biola, piano, dan pemain perkusi. Mereka membawakan instrumentalia ‘Mission’, ‘Libertango’ serta instrumentalia lagu-lagu Korea seperti EolGul dan ImiOsineunji. Yang menarik, tiga pemain instrument musik tradisional Korea yang semuanya perempuan, mengenakan busana tradisional Korea Hanbok warna warni cerah yang malam itu jadi terlihat mewah dan elegan.


Tepuk tangan meriah menggema, setiap kali satu komposisi musik selesai dimainkan. Saya terus terang tidak familiar dengan, khususnya lagu-lagu Korea yang dibawakan. Tapi dari irama musik yang saya dengar, saya bisa menikmatinya, kaki saya kadang mengetuk-ngetuk lantai mengikuti irama musik yang dinamis.

Bagian kedua konser, menampilkan penyanyi soprano Young Ai Chae yang membawakan dua lagu Lusaika karya Antonin Dvorak dan lagu GeumGangSan. Wah, mendengar suara Young Ai Chae menyanyi diiringi KMJ Chamber Orchestra, saya seperti dibawa ke gedung konser musik klasik yang megah di Eropa. 




Di bagian kedua, Nari and Nary Band tampil kembali dengan membawakan lagu-lagu yang agak nge-pop. Badan saya sampai bergerak-gerak mengikuti irama, ketika kelompok musisi ini memainkan About Romance, Distant Love dan Jazz Waltz dan Feel So Good. Tepuk tangan pun membahana. Apalagi permain perkusinya yang bernama Jin Hoon Kim mampu membawa suasana dan mengajak penonton bertepuk tangan mengikuti irama lagu Feel So Good karya Chuck Mansione.  Bagian kedua konsert ditutup dengan lagu yang berirama tenang, Arirang Suite. Tapi sepertinya penonton belum puas. Seperti kalau kita nonton konser musik, setelah berlalu ke balik panggung. Karena teriakan penonton yang masih ingin mendengarkan musik, Nary and Nary Band pun tampil kembali. Kali ini mereka membawakan dua lagu Indonesia, Indonesia Pusaka dan Bengawan Solo dengan aransemen yang ciamik dan membuat gedung pertunjukkan lagi-lagi riuh dengan suara tepukan tangan penonton yang memberikan apresiasi.
 

Sebuah pertunjukkan yang sederhana tapi memikat, dan membuat saya merasa malam minggu saya jadi begitu istimewa. Pulang ke rumah, saya pun mencari-cari info soal Gukak di internet.

Apa itu Gukak?



Ternyata Gukak adalah pertunjukkan musik yang memadukan alat musik tradisional Korea dengan alat musik Barat seperti piano, biola, perkusi, dan instrument modern lainnya. Begitu pula lagu-lagu yang dibawakan, menampilkan lagu-lagu klasik, lagu pop modern, baik lagu Korea mapun lagu Barat. Pertunjukan Gukak juga ditampilkan dengan lebih modern, sehingga tak heran, saat ini pertunjukkan Gukak menjadi salah satu pertunjukkan musik yang digemari oleh kalangan anak muda, baik di Korea maupun para wisatawan asing yang datang ke Korea. Konser Gukak sudah menjadi bagian dari Hallyu, gelombang Korea yang sampai saat ini makin mendunia.

Di Korea sendiri, kelompok musisi Gukak biasanya dibentuk oleh siswa-siswi sekolah musik. Tapi ada juga yang membentuk kelompok Gukak profesional, dimana para pemain musiknya dipilih dengan cara mengikuti audisi. Kelompok musisi Gukak yang dikelola secara profesional menggelar konser hingga ke luar Korea.

Usai menyaksikan sendiri Konser Gukak malam minggu kemarin, saya merasa bahwa Indonesia sebenarnya juga bisa membentuk kelompok musisi semacam Gukak, karena Indonesia kaya dengan alat-alat musik tradisional. Saya juga sering melihat pertunjukkan musik kolaborasi antara alat musik tradisional Indonesia dengan alat musik modern, dan tak kalah bagus dengan Gukak nya Korea.   

Bedanya cuma, Korea bisa melihat kolaborasi itu sebagai bagian industri kreatif yang jika dikelola dan dikemas secara profesional, maka bisa menjual dan mendunia sekaligus mengenalkan budaya musik tradisional Korea. Sedangkan di Indonesia, baru memperlakukan dan melihatnya hanya sebagai hiburan semata, dan bukan sebagai bagian industri kreatif yang mesti dikembangkan, dikemas dengan menarik, dan dikenalkan pada dunia. Ya, industri kreatif kita, utamanya musik tradisional memang baru sebatas itu. []